Membahas kerajaan melayu yang satu ini, maka kita mencoba kembali membahas sejarah singkatnya sebelum Kerajaan Indragiri terbagi menjadi 3 daerah. Sebagaimana yang diketahui setelah Indonesia Merdeka tahun 1945 maka kerajaan ini bubar dan menjadi bagian NKRI begitu pula dengan kerajaan Siak yang menyatakan bergabung dan menjadi negara kesatuan yaitu Indonesia. Setelah pertama kali menjadi kabupaten, Kerajaan Indragiri mekar menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Indragiri Hilir dengan Ibu Kota Tembilan dan Kabupaten Indragiri Hulu dengan Ibu Kota Rengat. Namun pada tahun 1999 terjadi pemekaran kabupaten Indragiri Hulu yaitu kabupaten baru yang kita kenal sekarang kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) dengan Ibu Kota Teluk Kuantan.
Kerajaan Indragiri pertama kali berpusat di pekan tua yang sekarang sudah menjadi wilayah Indragiri Hilir. Kerajaan Indragiri berdiri perkiraan tahun 1298 dan ada juga yang mengatakan berdiri pada tahun 1347 dan Raja pertamanya bergelar Raja Merlang I yang berkedudukan di Malaka saat itu. Tahun 1473 raja selanjutnya yaitu Raja Nara Singa II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (Sultan Indragiri IV) menetapkan Ibu Kota Kerajaan yang berlokasi di Pekantua.
Setelah beberapa dekade berpusat di Pekantua, Ibu kota juga pernah dipindahkan ke Mudoyan yang dikenal dengan nama Kota Lama kecamatan Rengat Barat Indragiri Hulu Provinsi Riau, alasan pemindahan tersebut karena kurang amannya Pekantua dari kemungkinan serangan Portugis dan perompak. Raja Nara Singa II meninggal dunia dan dimakamkan di Kota Lama (Yusuf & Amin, et, al., 1994:75). Pada tahun 1765 pusat pemerintahan Kerajaan Indragiri pindah lagi ke Japura kecamatan Lirik Indragiri Hulu.
Dibawah pimpinan Sultan Ibrahim pada 5 Januari 1815 Ibu kota Kerajaan di pindahkan ke Rengat yang sekarang menjadi Ibu kota Indragiri Hulu. Beberapa sumber mengatakan bahwa kerajaan Indragiri berada di tepi Sungai dan dibelakangnya terdapat Danau, karena pada masa itu jalur Transportasi adalah melalui Sungai lebih dominannya. Dan alat transportasi Raja Nara Singa II menurut beberapa sumber itu perahu dengan ukiran naga emas dan ada mahluk gaib dibawah perahu tersebut yang diyakini paratetua sesosok Buaya yang selalu mendampinginya saat bepergian. Kerajaan yang sekarang ini yang terketak di Kota Rengat Kabupaten Indragiri Hulu adalah Duplikat dari kerjaan Indragiri dengan patung singa dua didepannya, sebelumnya yang awal nya ditepi Sungai tapi akibat abrasi seiring berjalannya waktu kerajaan ini runtuh. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa Raja Indragiri ini pernah mengatakan “Habisnya kejayaanku maka runtuhlah kerajaanku”.
Misteri Danau Raja
Danau Raja yang terletak di Kota Rengat sudah menjadi tempat wisata bagi masyarakat umum saat sekarang ini. Namun dibalik keindahan dan kejernihan air danau tersebut terdapat cerita mistis didalamnya sehingga menjadi daya tarik tambahan tersendiri bagi masyarakat yang mengetahui sejarahnya. Danau Raja yang berada di belakang Kerajaan Indragiri merupakan tempat pemandian Raja dan Keluarga Kerajaan, namun ukurannya tentu saja tidak sebesar saat sekarang ini.
Asal usul Danau Raja juga ditulis oleh Ahmad Ijazi H Tahun 2017 dalam buku Cerita Rakyat Riau dengan judul “Danau Raja dan Putri Bunga Harum. Yang mana singkatnya putri Bunga Harum anak dari Sultan Thahir dan permaisuri Fatmasari dari kerjaan Kampung dagang (Ini masih berlokasi di Kota Rengat). Sementara itu Usman seorang pemuda dari Desa Lubuk Tangguk mereka tidak mendapatkan restu dari Sultan Thahir meskipun Wan Usman sudah melaksanakan tugas / Syarat yang telah diberikan yaitu membuat sebuah Danau dan Beserta Istananya dalam satu malam. Pada akhirnya Putri Bunga Harum dan Wan Usman tenggelam ditengah danau dan menjelma menjadi sepasang Buaya putih. Dan cerita ini masih diyakini masyarakat Indragiri Hulu khususnya Rengat. Bahkan dikatakan Buaya tersebut akan menampakan diri kepada orang yang di inginkannya. Buaya putih di Danau tersebut juga diyakini penunggu Danau Raja.
Selain itu menurut Saharan selaku Staf Balai Besar Cagar Budaya Sumbar, Riau, Kepri, sehari-harinya merawat komplek makam Raja Nara Singa. Danau Raja selain tempat pemandian putri Raja, ada juga Mitos yang mengatakan bahwa di dalam Danau Raja terdapat Istana Gaib yang dihuni mahluk yang berwujud Buaya Kuning, istana ini disebut istana Bunian. Karena berbagai cerita dan kejadian, Danau Raja diangap tempat yang Sakral. Menurut Alumni SMEA Rengat (Sekarang SMKN 1 Rengat) Angkatan 80-an Danau Raja itu tempat yang mistis bahkan untuk mendekatinya saja saat itu takut. Apabila ada yang berbuat tidak senonoh disitu maka orang tersebut mengalami hal yang aneh.
Mitos ini semakin dipercaya kalau kita melihat peristiwa Yang terjadi di danau itu sendiri. Saat sungai Indragiri airnya surut, air didanau Raja tetap penuh. Begitu juga kalau hujan lebat dan deras, air di danau raja tidak meluap. Fenomena yang aneh tidak hanya sampai disitu saja, Tahun 2010 perahu-perahu mulai dioperasikan di danau tersebut namun setelah sampai ditengah danau tiba-tiba perahu tenggelam begitu saja. Ada juga seorang operator Ski air saat melakukan test didanau tersebut juga tenggelam di tengah danau. Operator asal Surabaya ini meninggal akibat tenggelam. Kalau kita pikir tidak mungkin seorang profesional Olahraga air tidak bisa berenang dan membahayakan dirinya sendiri dan mungkin takdirnya sudah sampai disitu dan banyak lagi kejadian-kejadian aneh lainnya. Tapi kejadian-kejadian ini disangkut pautkan dengan kemistisan Danau Raja.
Saat penulis melanjutkan pendidikan dikota Rengat dan kota sejarah ini, ada juga yang mengatakan dulu pernah dilakukan pengukuran kedalaman Danau Raja namun sulit untuk dicapai dan dipastikan kedalamannya dan tidak ada kelanjutan dari pihak berwenang untuk melajutkan penelitiannya. Apakah ini sengaja ataupun ada alasan lain dari pihak berwenang, atau memang untuk menyembunyikan kemisteriusan Danau Raja itu sendiri tidak ada yang tahu, yang pasti kita harus tetap menghargai budaya serta adat istiadat msyarakat setempat dimanapun kita berpijak.
Itulah sejarah singkat tentang Kerajaan Indragiri beserta Danau Raja yang sekarang menjadi tempat wisata Kota Rengat. Dibalik ketenangan airnya, dibalik kenyamanan suasananya ternyata ada cerita yang menarik dan punya daya tarik tersendiri untuk orang mengunjungi daerah dengan julukan kota sejarah mulai dari Kerajaannya, perjuangan pahlawan dan rakyat untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia bahkan sungai Indragiri menjadi saksi kuburan bagi ribuan orang bahkan Bupati Indragiri itu sendiri,yaitu Bupati Tulus selaku Bupati Pertama Indragiri Hulu dan merupakan ayah dari seorang penyair terkenal salah satu karyanya “Kerawang Bekasi” ialah Chairil Anwar. tidak dimakamkan ditanah melainkan disungai Indragiri sehingga selalu diperingati tiap tahunnya yaitu “Rengat Berdarah”.
-kak Dedi Arianto (Suska’33)